Jumat, 13 Januari 2023

"MENJADIKAN MENULIS SEBAGAI PASSION"

 

  Resume Hari  ke-2 KBMN angkatan ke-28


"MENJADIKAN MENULIS SEBAGAI PASSION"

 Para pembaca  semuanya,

 Assalammu'alaikum wr.wb.,hom swastiastu, salam kebajikan, namong budaya dan salam sejahtera untuk kita semua

 Mohon izin untuk saya menyampaikan resume materi ke dua dari kegiatan KBMN angkatan ke-28 pada malam hari ini.

Materi KBMN PGRI ke-28 yang kedua pada Rabu malam ini disampaikan oleh Ibu Dra. Sri Sugiastuti, M.Pd., yang juga dikenal dengan nama Ratu Kanjeng. Beliau dikenal sebagai seorang  penulis, moderator dan founder PMA Literasi Istikamah. Beliau juga seorang guru penggiat literasi yang sudah mengahasilkan 21 buku karyanya, dan sebagai editor sejak tahun 2019, motivator dan juga blogger. Selain itu beliau juga menjabat sebagai seorang pengurus PGRI di Surakarta Jawa Tengah yang memiliki hobbi bersilaturahmi, traveling, membaca dan pastinya menulis. Beliau malam ini didampingi oleh seorang moderator handal juga yaitu Mba Widya Setyaningsih, S.Ag.

Malam ini beliau bertindak sebagai narasumber dengan mengusung tema: "Menjadikan Menulis Sebagai Passion." Maksudnya menurut beliau passion atau renjana di sini adalah; "Suatu gairah yang memang pasti dimiliki setiap orang, dan bagaimana caranya menjaga passion itu dan bagaimana cara menyalurkannya menjadi sesuatu yang selalu ingin dan ingin terus sehingga tidak pernah padam untuk selalu melakukannya."  Nah begitulah  dengan proses menulis, jika kita sudah menjadikannya sebagai renjana/pssion, maka semangat untuk menulis itu tidak akan pernah padam, laiknya kita minum obat bisa jadi sehari kita minum obat dua sampai tiga kali atau bahkan lebih karena kecanduan. Karena kita merasa sudah menjadi suatu kebutuhan, kebutuhan untuk mengeluarkan apa yang tersimpan di benak maupun di hati, agar bisa terlampiaskan apa yang sedang dirasakan, sehingga jika belum menulis rasanya seperti ada yang kurang bahkan terasa adanya yang hilang jika tidak menulis. Sehingga jika sudah menulis dada akan teras plong/lega, sesak dada hilang. 

Namun kadang untuk mau menulis pasti terdapat tantangan atau halangan yang selalu meggoda, seperti rasa malas, ragu-ragu, takut-takut dan merasa terbebani atau buang-buang waktu saja. Maka "Mampukah kita membuang jauh-jauh rasa itu sehingga dapat  menjadikan menulis itu sebagai suatu kebutuhan atau food suplemen? Karena dengan menulis pun dapat menjadikan kita sebagai orang yang mulia di hadapan Tuhan, karena dengan menulis kita bisa berbagi dengan sesama. Barangkali dengan apa yang kita tulis menjadi bermanfaat bagi orang lain dan bahkan bisa membantu seseorang dapat keluar dari masalah yang sedang dihadapinya. 

Lalu bagaimana dengan pertanyaan, "Mengapa kita harus menulis?" Menurut beliau adalah bahwa dengan menulis itu akan membawa kita bisa traveling ke luar negeri (versi founder KBMN), karena memang dengan menulis kita bisa mengikuti lomba-lomba yang diadakan di dalam negeri maupun di luar negeri. Dengan menulis kita bisa mendapatkan cuan/uang maupun hadiah dari berbagai pihak, seperti dari gopay maupun pihak penyelenggara lainnya jika mau aktif. Bahkan kita bisa bertemu dengan Mas Menteri karena kita berada di dunia pendidikan, dan bisa juga bertemu dengan Bapak/Ibu Presiden, jika kita berprestasi dalam menulis. bahkan dengan menulis kita jadi  bisa mengedukasi para pembaca untuk ikut berliterasi.

Dari pengalaman teman-teman yang sudah mendapatkan keberhasilan dan sukses dalam membuat tulisan dan mereka sudah merasakan kebahagiaan dari hasil menulis, beliau memberikan contoh para penulis yang sukses seperti Bu Aam dan Mr. Dail, karena mereka belum sampai waktu satu tahun sudah berhasil memiliki 60 buah buku ontologi, dari hasil menulis saat mindsetnya sudah diubahnya menjadi Writing is My Passion, sehingga menulis sudah mengalir begitu saja, hingga mungkin menurut saya menjadi suatu yang mudah dan jadi kebahagiaan tersendiri yang tidak bisa dinilai dengan uang.

Menurut pengalaman Ibu Sri Sugiastuti bahwa beliau  baru belajar menulis saat usianya memasuki usia senja, usia 50 tahun, jadi belajar itu tidak mengenal usia, sebagaimana hadis Rosul Saw. yang terkenal dan artinya, "Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahad.(HR. Bukhari)", serta hadis lainnya yang disampaikan oleh Imam al-Bukhori yang artinya,Sahabat-sahabat nabi shalllallahu alaih wasallam mulai belajar di usia tua.” (Sahih Al Bukhari, kitab Al ‘Ilm, bab. Al Ightibath fi al ‘ilmi wa al hikmah). Sedangkan menurutnya menulis itu bagian dari healing dengan istilah bagaimana agar supaya bisa memiliki kacamata lima dimensi saat membaca, menulis dan berbicara. Nah dalam hal ini jelas menunjukkan bahwa kita dituntut tidak hanya mau dan bisa menulis saj namun juga harus berlatih dan rajin membaca, karena menulis tanpa membaca kita akan kurang ilmu/pengetahuan. Dengan membaca, kita akan banyak mendapatkan ide atau contoh-contoh bagaimana cara menulis yang baik dan benar, bahkan kadang kita bisa mendapatkan ide atau gagasan dari tulisan yang kita baca. Dan mungkin menulis lalu diiringi dengan membaca akan terjadi keseimbangan pada diri kita, jadi menulis dan membaca adalah satu kesatuan. Karena menurut beliau, membaca itu menjadi bagian dari langkah-langkah untuk menjadi seorang penulis yang baik.

Beliau juga berpesan bahwa, menulis juga harus menjadi pemberat amal, dalam arti harus menjadi bernilai amal ibadah di hadapan Tuhan, yaitu dilakukan dengan niat yang lurus. Menulis bisa sebagai healing maksudnya adalah dengan menulis menjadi solusi sebagai jalan keluar dari masalah-masalah yang sedang dihadapi. Untuk itu sebelum menulis maka kita memohon dulu kepada Allah Swt. atau Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan inspirasi apa yang ahrus ditulis yang bisa bermanfaat bagi diri dan orang lain, atau menulis hanya sekedar untuk melepasakan rasa sesak di dada karena masalah yang sedang dihadapi, lalu buat coretan-coretan yang kelak mau diabadikan tulisan itu atau langsung dimusnahkan atau dibuang itu terserah saja, yang penting hati sudah terasa lega dan pikiran sudah terasa ringan dan masalah sudah bisa teratasi. 

Oleh karena itu menurut beliau juga bahwa kemampuan menulis dapat dipandang sebagai indikator intelektualitas dan kematangan berpikir, maka hingga hari ini profesi menulis  adalah suatu pekerjaan yang sangat dihormati dan dihargai secara sosial. Tentu juga kita harus ingat bahwa kita menulis harus hal-hal yang positif, tidak mengandung sara dan hal-hal yang dapat mengundang kerusuhan/keributan. 

Oleh karena itu sebelum menulis kita juga perlu melakukan persiapan (writing preparation), di antaranya: (1) Menggali dan menemukan ide/gagasan; (2) Menentukan tujuan, genre dan segmen pembaca; (3) Menentukan topik; (4) Membuat outline; dan (5) Mengumpulkan bahan materi/literatur.   Selain hal pokok di atas, pesan beliau juga bahwa ketika menulis itu harus sabar, pelan-pelan dan jangan memaksakan diri, tulis semampunya dan tidak perlu harus sempurna atau pun ingin idealis.

Dalam tulisannya Ibu Sri juga memberikan langkah-langkah jika ingin tulisan kita dapat dipublikasikan /diterbitkan yaitu, maka naskah kasar yang sudah kita buat atau tulis harus melalui tiga tahapan, yaitu editing, revising dan baru publishing. dan dari masing-maisng tahapan itu masih harus melalui tahapan-tahapan panjang lagi, dan bisa pembaca simak pada ringkasan tulisan beliau dalam bentuk PPT yang beliau bagikan di WAG.

Kiranya demikian resume yang dapat saya uraikan, lebih dan kurangnya mohon dimaafkan, karena yang haq dan kesempurnaan hanya milik Allah semata.

wassalammu'alaikum wr.wb.

Hesti Anshor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar