Resume Materi ke-3 KBMN angkatan ke-28
Ibu muda kelahiran 12 Agustus 1988 ini sudah membuktikan sendiri betapa potensi seseorang bisa digali dan akhirnya membuahkan hasil dan prestasi yang membuat kagum diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Memang menurutnya bahwa kendala yang dihadapi para penulis pemula juga pernah dia alami dan dihadapinya, rasa seperti enggan untuk mulai membuat tulisan karena takut tulisan jelek, atau takut dibully, rasa tidak percaya diri dan takut tulisan tidak sempurna juga meliputi dirinya. Selain itu ada keraguan untuk mempublikasi tulisan sehingga tulisannya hanya disimpan dan membiarkan ide itu menguap hingga berlalu begitu saja.
Setelah berproses akhirnya beliau berhasil menemukan potensi yang ada pada dirinya kemudian menuangkannya menjadi beragam tulisan. Sebagian diantaranya menjelma menjadi buku-buku. Tidak kurang dari 56 buku telah dihasilkannya.
Selain itu beliau juga menjadi editor bagi para penulis mula, beberapa diantara mereka telah berhasil menerbitkan buku karya mereka sendiri atas bimbingan dan arahan penulis yang aktif dan kreatif ini.
Dengan motto hidup “Ingin menulis seribu buku, selalu berbagi dan menginspirasi negeri”, kapasitas Ibu Aam Nurhasanah, S.Pd. sebagai narasumber dalam sesi ini memang tidak perlu diragukan lagi
Gali Potensi - Ukir Prestasi
“Setiap manusia diberikan kesempatan yang sama untuk menggali segala potensi yang dimiliki untuk meraih prestasi,” demikian dikatakan Aam Nurhasanah, SPd.
Narasumber mengatakan bahwa untuk menggali potensi, kita bisa mulai dengan apa yang kita sukai. Sebagai contoh, narasumber menuturkan “…saya suka menulis maka saya menekuni dunia tulis. Saya menulis dari apa yang saya sukai, apa yang saya alami, atau apa yang saya kuasai. Kita bisa menulis puisi, pantun, cerpen, novel, atau kisah inspiratif yang bisa menginspirasi negeri.” demikian katanya.
Sebagai contoh, Aam Nurhasanah menunjukkan beberapa buku hasil tulisannya:
Buku solo pertamanya yang berjudul “Mengukir Mimpi Jadi Penulis Hebat”, terbit bulan Agustus 2020, sebuah buku yang berisi tentang pengalamannya kettika mengikuti kelas "Belajar Menulis Nusantara Angkatan 12."
Pengalaman lainnya adalah setelah dinnyatakan lulus dari KBMN 12, Aam Nurhasanah mengabdikan diri menjadi Tim Solid Om Jay dan bertugas menjadi moderator di kelas belajar menulis dan kelas belajar bicara, tugas ini merupakan pengalaman yang juga perlu dibagikan dan Aam merasa sayang jika kisah ini terlewat begitu saja, maka terbitlah buku solo keduanya yang berjudul “Kunci Sukses Menjadi Moderator Online”
Terbitnya buku-buku tersebut tidak terlepas dari keuletan
Aam Nurhasanah dalam menggali potensi yang ada dalam dirinya, salah satu cara
yang ditekuninya dalam menggali potensi diri itu adalah dengan mengikuti Kelas Belajar
Menulis Nusantara (KBMN), yang diakuinya ketika pertama kali beliau mengikuti KBMN adalah pada Angkatan
ke-8, namun sayangnya pada Angkatan itu beliau belum memenuhi persyaratan untuk lulus. Namun beliau terus berusaha memupuk kembali semangatnya dan mengikuti
kembali KBMN di Angkatan ke-12, alhamdulillaah pada kesempatan inilah potensinya
benar-benar mulai tergali dan ditampakkan dalam bentuk buku yang berhasil
diterbitkannya, dengan judul :Kunci Sukses Menjadi Moderator Online."
Prestasi beliau terus melesat dengan pesat sehingga dalam waktu relatif sangat singkat sudah berhasil membuat 56 judul buku. Beliau menjelaskan bagaimana caranya bisa sangat produktif dalam menulis, di antaranya: pertama adalah masalah motivasi. Bagi narasumber ini menjadi penulis adalah sebuah impian yang hendak diwujudkannya dan menurutnya mahkota bagi seorang penulis adalah buku tulisannya. Beliau pun punya impian bahwa buku tulisannya akan dipajang di rak display toko buku utama, dan semua impian itu merupakan motivasi baginya dalam karir kepenulisannya. Selain itu narasumber ini juga mengatakan bahwa motivasinya dalam menulis buku adalah keinginan untuk mengukir makna hidup.
Hak kedua yang disampaikannya adalah perlu adanya bekerja keras., beloau memberikan nasihat kepada para peserta KBMN Angkatan 28 ini untuk tidak berhenti menulis. Oleh karenanya sangat penting bagi kita untuk bisa membagi waktu. Salah satu cara terbaik dalam membagi waktu untuk menulis menurut beliau adalah “luangkan waktu untuk menulis jangan menunggu waktu luang baru menulis!” itu kuncinya. Selain itu dalam kaitan bekerja keras ini, seorang penulis juga harus rajin membaca. Salah satu metode baca yang disarankannya adalah Blog Walking (BW). Terutama di KBMN ini, ada banyak blog dan tulisan yang bisa dibaca yang akan memperkaya diri kita. Menurutnya, “Rajin membaca akan membuatmu semakin gemuk menulis”.
Contoh lain dari kerja keras yang dilakukan narasumber ini adalah rajin ikut lomba, ya...walau pun mungkin di awal bukan untuk jadi pemenang hanya sekedar untuk tampil berani. Setidaknya ada dua kejuaraan yang berhasil diraihnya, yaitu Juara 1 Lomba Blog PGRI dan Juara 10 besar HUT AISEI kategori artikel favorit.
Hal lain lagi yang disebutkannya dalam rangka menjadi penulis produktif adalah agar kita mau menuliskan pengalaman kita sendiri, beliau mengatakan ini karena pengalamannya dan sudah berhasil mempraktekkannya seperti contoh yang sudah disebutkan di atas. Selain itu, perlu menjaga semangat untuk menulis agar tetap berkobar, narasumber menyarankan agar selalu menjaga “mood” (suasana hati). Karena tidak dipungkiri bahwa dalam proses menulis terkadang timbul kelelahan atau pun kebosanan, maka istrirahatlah jangan paksakan diri. Beliau mencontohkan rehat yang biasa dilakukannya antara lain dengan karaoke, merajut atau healing kecil-kecilan.
Sehubungan dengan ide-ide untuk menulis, disampaikannya bahwa ide bisa ditimbulkan dengan memperhatikan apa yang kita lihat, kita dengan dan kita sukai. Sebuah foto atau gambar misalnya, sesungguhnya memuat seribu cerita, sehingga dari sebuah foto kita akan bisa memperoleh banyak ide untuk tulisan kita. Untuk itu hal yang perlu dijaga adalah memiliki rasa percaya diri sebagai penulis, karena kita harus berproses, melalui berbagai rintangan dan hambatan dalam berlatih menulis. Menjadi penulis besar tidak bisa serta merta, sim salabim, langsung jadi, namun harus memulai yang pertama, kita harus menulis sebisanya saja dulu.
Belajar tidak memandang usai dan bukan alasan untuk
menyerah, seperti contoh yang beliau berikan adalah Bunda Kanjeng yang mulai menjadi penulis di
usia yang
sudah setengah abad. Maka yang perlu diingat adalah pepatah “Better Late
Than Never” (lebih Bbaik terlambat dari pada tidak samasekali) dan seperti hadis Rosul yang artinya, "Belajar itu dari buaian sampai keliang lahad."
Keren ....tetap semangat menulis
BalasHapusJika berkenan silakan berkunjung ke tulisan saya
https://ragungps.blogspot.com/2023/01/menjadi-saksi-aneka-prestasi-literasi.html
Mantul Bu Hesti, I like
BalasHapus