Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad
Adab Hubungan Persaudaraan
Allaah Swt berfirman: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَة ٌ”Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara” [QS. 49: 10].
Persaudaraan antar orang beriman semata-mata karena iman adalah persaudaraan yang kukuh. Kita telah mengetahui hak-hak seorang muslim terhadap muslim yang lain dan itu merupakan hak-hak yang bersifat umum dalam persaudaraan. Akan tetapi, di sampimg persaudaraan secara umum . Sunnah juga mengatur persaudaraan secara khusus antar personal untuk menguatkan hubungan persaudaraan yang bersifat umum, sehingga menjadi unsur yang dapat membantu untuk sampai pada kesempurnaan dalam masyarakat Islam. Persaudaraan seperti ini, walau dipandang penting, tetapi hampir hilang.
Sebesar persaudaraan ini, sebesar itu pula seseorang akan merasakan ni’matnya dakwah menuju Allaah dan ni’mat bergabung dalam barisan Islam. Seberapa mendalam persaudaraan ini agar mencakup barisan yang meluas dalam tubuh umat Islam, maka seperti itulah kebangkitan dan tercapainya tujuan serta terarahnya umat Islam.
Harmonisnya Hati dan Persaudaraan
Keharmonisan hati adalah buah dari akhlaq yang mulia, sedangkan perpecahan merupakan buah dari akhlaq yang tercela/buruk. Akhlaq yang mulia akan melahirkan rasa saling cinta, harmonis dan keserasian, sedangkan akhlaq yang buruk akan berubah rasa saling benci, mendendam dan permusuhan. Jika yang menghasilkan buah itu terpuji, maka hasilnya akan terpuji. Dalam Islam, akhlaq yang baik itu sangat jelas keutamaannya. Hal itulah yang dipuji oleh Allaah Swt kepada Nabi-Nya Saw, dengan firman-Nya:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيم
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Nabi Saw bersabda: “Yang paling banyak membuat manusia masuk surga adalah bertaqwa kepada Allaah dan berakhlaq mulia.” (HR. Tarmidzi n al-Hakim)
Usamah bin Syuraik berkata: “Kami bertanya, ‘Yaa Rosulullaah, apakah yang paling baik diberikan seorang manusia?’
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Akhlaq yang mulia.” (HR. Ibnu Hibban).
Rosul Saw bersabda, “Aku diutus Untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”
(HR. Ahmad, Baihaqi n al-Hakim)
“Hal yang paling berat timbangannya pada mizan adalah akhlak yang mulia”
(HR. Abu Dawud n Ath-Thirmidzi)
Bukan rahasia lagi, bahwa akhlaq yang mulia akan berbuah keharmonisan, dan telah disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, Hadits Nabi dan atsar (ucapan) para sahabat yang cukup melegakan, apalagi jika ikatan itu berupa ketaqwaan, agama, dan cinta kepada Allaah. Sebagaimana Allaah Swt berfirman memperlihatkan anugerah-Nya yang agung kepada manusia berupa keharmonisan hati. Seperti pada ayat berikut: .
Qur’an Surat Al- Anfal, ayat 63 yang berbunyi :
لَوْ أَنفَقْت مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“...Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”
Sedangkan dalam [QS. Ali Imron/3] : 103
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. “
Nabi Muhammad Saw bersabda:, yang artinya:
“Orang yang beriman itu adalah ikatan yang terjalin dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau menjalin dan tidak mau dijalin.”
(HR. Ahmad, ath-Thabrani n al-Hakim)
Abu Idris al-Khaulani berkata kepada Mu’adz, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allaah.” Lalu Mu’adz berkata kepadanya, “Bergembiralah, kemudian bergembiralah, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rosulullaah Saw bersabda, yang artinya:
“Disediakan bagi sekelompok orang kursi-kursi di sekitar Arsy di hari Kiamat, wajah mereka seperti bulan di malam purnama. Pada saat manusia merasa cemas, mereka tidak merasakan kecemasan, pada saat manusia ketakutan, mereka tidak merasa takut. Mereka adalah wali-wali Allaah yang tidak ada rasa takut bagi mereka, dan mereka tidak pernah berduka.” Lalu ada yang bertanya, ‘Siapakah mereka itu ya Rosulullaah?’ Nabi Saw menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allaah.” (HR. al-Hakim n ath-Thirmidzi)
Abu Huroiroh ra. Meriwayatkan, “Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya. Di atasnya ada orang-orang yang berpakaian cahaya, dan wajah mereka pun bercahaya. Mereka bukan Nabi dan bukan Syuhada (orang yang mati syahid).
Nabi Saw bersabda, “Tidaklah saling mencintai dua orang manusia karena Allaah melainkan orang yang paling dicintai Allaah dari keduanya orang yang paling besar cintanya kepada saudaranya.” (HR. Ibnu Hibban n al-Hakim)
Firman Allaah Ta’ala dalam [QS.Ath-Thuur/52:21}:
“…Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka , dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka…”
Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya Allaah Swt berfirman, ‘Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku. Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling memberi karena-Ku. Dan berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling menolong karena-Ku.” (HR. Ahmad n al-Hakim)
“Sesungguhnya Allaah akan berkata pada hari Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai? Demi keagungan-Ku, pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepada mereka ketika tidak ada naungan hari ini kecuali naungan-Ku.”
(HR. Muslim)
“Ada tujuh orang yang dinaungi oleh Allaah ketika hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, (yaitu) pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allaah, orang yang tergantung hatinya pada masjid, jika ia keluar sampai ia kembali masuk masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allaah, bertemu dan berpisah karena Allaah, orang yang selalu ingat kepada Allaah dengan menyendiri lalu meneteskan air mata, laki-laki yang diajak seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan cantik untuk melakukan kemaksiatan, lalu ia mengatakan, ‘aku takut kepada Allaah Swt,’ dan orang yang memberikan sedekah sembunyi-semunyi sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.”
(HR. Bukhori n Muslim)
Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang mengunjungi saudaranya karena Allaah, lalu Allaah mengutus malaikat kepadanya dan bertanya: ‘Kamu hendak kemana?’ Orang itu menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku, si fulan.’ Malaikat kembali bertanya, ‘Karena sesuatu yang kamu butuhkan darinya?’ Orang itu kembali menjawab, ‘Bukan.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Karena ada hubungan keluarga antara kamu dengannya?’ Orang itu menjawab, ‘Bukan.’ Malaikat bertanya, ‘Jadi karena apa?’ Orang itu menjawab, ‘(Karena) aku mencintainya karena Allaah.’ Malaikat berkata, ‘Sesungguhnya aku diutus oleh Allaah untuk memberitahukan kepadamu bahwa Allaah mencintaimu karena kamu mencintai saudaramu itu karena Dia, dan Ia telah memastikan surga untukmu.” (HR. Muslim).
Nabi Saw bersabda, “Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai dan membenci karena Allaah.” (HR. Ahmad)
Oleh karena itu, seseorang semestinyalah memiliki musuh yang dibencinya karena Allaah, dan memiliki teman serta saudara yang dicintainya karena Allaah.
Pesan Sayyidina Ali Kwh:
1. Janganlah engkau menyia-nyiakan hak saudaramu karena perselisihan yang terjadi
antara engkau dan dia. Sebab, bukanlah saudara yang engkau sia-siakan haknya.
2. Sebaik-baik saudaramu adalah yang membantumu, dan yang lebih baik lagi darinya adalah yang mencukupimu.
3. Janganlah kamu menjadi orang yang paling kuat dalam memutuskan tali kekerabatan dengan saudaramu daripada menyambungnya.
4. Janganlah engkau putuskan hubungan dengan saudaramu, setelah segala cara engkau lakukan, dan jangan engkau ikuti pemutusan itu dengan umpatan terhadapnya, sehingga engkau menutup jalan baginya untuk kembali berbaikan denganmu.
5.Janganlah engkau merasa senang dengan banyaknya teman, selama mereka bukan orang yang baik. Sebab, kedudukan teman seperti api, sedikitnya adalah kenikmatan, sedangkan banyaknya adalah kebinasaan.
6. Janganlah engkau mendiamkankan saudaramu hanya berdasarkan keraguan, dan janganlah engkau memutuskan hubungan dengannya tanpa memberikan teguran terlebih dahulu.
7. Orang yang gagal adalah orang yang tidak mampu mendapatkan teman, dan yang lebih gagal daripadanya adalah yang menyebabkan perginya mereka yang telah didapatkannya itu.
Rosulullaah Saw. bersabda, “Darah kaum muslimin adalah sama, sebagian dari mereka melindungi orang yang lemah di antara mereka. Dan Kaum Muslim seperti satu tubuh. Jika matanya terasa sakit, dan juga kepalanya terasa sakit, maka seluruh anggota tubuhnya pun terasa sakit.”
Terimakasih,
Semoga kita semua dapat menjaga dan memupuk tali persaudaraan di antara kita semua, dan mendapatkan barokah dan ridlo-Nya, amiin
Ma’af jika ada kesalahan,
Wassalaammu’alaikum wr.wb
Hesti Anshor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar