Senin, 18 Juni 2012

"Pesan-pesan Sayyidina 'Ali ra."

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Alloohummasholli 'alaa sayyidina Muhammad


Pesan Sayyidina Ali Kwh:

1. Janganlah engkau menyia-nyiakan hak saudaramu karena perselisihan yang terjadi

antara engkau dan dia. Sebab, bukanlah saudara yang engkau sia-siakan haknya.

2. Sebaik-baik sauaramu adalah yang membantumu, dan yang lebih baik lagi darinya adalah yang mencukupimu.

3. Janganlah kamu menjadi orang yang paling kuat dalam memutuskan tali kekerabatan dengan saudaramu daripada menyambungnya.

4. Janganlah engkau putuskan hubungan dengan saudaramu, setelah segala cara engkau lakukan, dan jangan engkau ikuti pemutusan itu dengan umpatan terhadapnya, sehingga engkau menutup jalan baginya untuk kembali berbaikan denganmu.

5.Janganlah engkau merasa senang dengan banyaknya teman, selama mereka bukan orang yang baik. Sebab, kedudukan teman seperti api, sedikitnya adalah kenikmatan, sedangkan banyaknya adalah kebinasaan.

6. Janganlah engkau mendiamkankan saudaramu hanya berdasarkan keraguan, dan janganlah engkau memutuskan hubungan dengannya tanpa memberikan teguran terlebih dahulu.

7. Orang yang gagal adalah orang yang tidak mampu mendapatkan teman, dan yang lebih gagal daripadanya adalah yang menyebabkan perginya mereka yang telah didapatkannya itu.

Rosulullaah Saw. bersabda, “Darah kaum muslimin adalah sama, sebagian dari mereka melindungi orang yang lemah di antara mereka. Dan Kaum Muslim seperti satu tubuh. Jika matanya terasa sakit, dan juga kepalanya terasa sakit, maka seluruh anggota tubuhnya pun terasa sakit.”

Terimakasih,

Semoga kita semua dapat menjaga dan memupuk tali persaudaraan di antara kita semua, dan mendapatkan barokah dan ridlo-Nya, amii


"Ketahuilah bahwa anak Adam diciptakan bertingkat-tingkat, ada yg lambat marahnya dan cepat reda; ada yg cepat marah tapi cepat redanya; ada pula yg cepat marah dan lambat redanya. Ketahuilah bahwa yang terbaik di antara mereka adalah yang lambat marah dan cepat reda. Dan yang paling buruk adalah cepat marah dan lambat reda."


"Barangsiapa yg dapat menahan kemarahan, padahal kalau mau ia bisa melampiaskannya, maka Allaah akan memenuhi hatinya pada hari Kiamat dengan keridlo'an."

dalam riwayat lain: "Allaah akan memenuhi hatinya dengan keamanan dan keimanan."

"Tidak ada tegukan yang lebih besar pahalanya selain dari tegukan kemarahan yang ditelan seseorang demi mengharap ridlo Allaah." HR. Ibnu Majah]

Syaikh Ibnu 'Athoilah bilang:

"Janganlah engkau meminta kepada Allaah agar Dia membebaskanmu dari satu keadaan ke keadaan lain. Sebab seandainya Dia menghendaki yang demikian, pastilah Dia membebaskanmu tanpa mengubah keadaanmu semula." [Ibnu 'Athailah]

Dan sabda Rosul Saw.: "Ketahuilah sesungguhnya marah adalah bara di dalam hati anak Adam, tidakkah kamu tahu kedua matanya merah dan urat lehernya membengkak; maka barangsiapa mengalami hal tersebut. hendaklah dia menempelkan pipinya ke tanah."

kalau menurut Imam Syafi'i: "Siapa yg dibuat marah tetapi ia tdk marah maka ia adalah keledai, dan barangsiapa dibuat ridlo tetapi tidak ridlo maka ia adalah setan."

'semoga Allaah mudahkan kita untuk menelan kemarahan pada diri kita' amiin.


wassalaam

"Adab Persaudaraan"

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Allohumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad

Adab Hubungan Persaudaraan

Allaah Swt berfirman: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَة ٌ”Sesungguhnya orang-orang mu’min itu bersaudara” [QS. 49: 10].

Persaudaraan antar orang beriman semata-mata karena iman adalah persaudaraan yang kukuh. Kita telah mengetahui hak-hak seorang muslim terhadap muslim yang lain dan itu merupakan hak-hak yang bersifat umum dalam persaudaraan. Akan tetapi, di sampimg persaudaraan secara umum . Sunnah juga mengatur persaudaraan secara khusus antar personal untuk menguatkan hubungan persaudaraan yang bersifat umum, sehingga menjadi unsur yang dapat membantu untuk sampai pada kesempurnaan dalam masyarakat Islam. Persaudaraan seperti ini, walau dipandang penting, tetapi hampir hilang.

Sebesar persaudaraan ini, sebesar itu pula seseorang akan merasakan ni’matnya dakwah menuju Allaah dan ni’mat bergabung dalam barisan Islam. Seberapa mendalam persaudaraan ini agar mencakup barisan yang meluas dalam tubuh umat Islam, maka seperti itulah kebangkitan dan tercapainya tujuan serta terarahnya umat Islam.

Harmonisnya Hati dan Persaudaraan

Keharmonisan hati adalah buah dari akhlaq yang mulia, sedangkan perpecahan merupakan buah dari akhlaq yang tercela/buruk. Akhlaq yang mulia akan melahirkan rasa saling cinta, harmonis dan keserasian, sedangkan akhlaq yang buruk akan berubah rasa saling benci, mendendam dan permusuhan. Jika yang menghasilkan buah itu terpuji, maka hasilnya akan terpuji. Dalam Islam, akhlaq yang baik itu sangat jelas keutamaannya. Hal itulah yang dipuji oleh Allaah Swt kepada Nabi-Nya Saw, dengan firman-Nya:

وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيم

“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Nabi Saw bersabda: “Yang paling banyak membuat manusia masuk surga adalah bertaqwa kepada Allaah dan berakhlaq mulia.” (HR. Tarmidzi n al-Hakim)

Usamah bin Syuraik berkata: “Kami bertanya, ‘Yaa Rosulullaah, apakah yang paling baik diberikan seorang manusia?’

Nabi Muhammad Saw bersabda: “Akhlaq yang mulia.” (HR. Ibnu Hibban).

Rosul Saw bersabda, “Aku diutus Untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.”

(HR. Ahmad, Baihaqi n al-Hakim)

“Hal yang paling berat timbangannya pada mizan adalah akhlak yang mulia”

(HR. Abu Dawud n Ath-Thirmidzi)

Bukan rahasia lagi, bahwa akhlaq yang mulia akan berbuah keharmonisan, dan telah disebutkan dalam banyak ayat al-Qur’an, Hadits Nabi dan atsar (ucapan) para sahabat yang cukup melegakan, apalagi jika ikatan itu berupa ketaqwaan, agama, dan cinta kepada Allaah. Sebagaimana Allaah Swt berfirman memperlihatkan anugerah-Nya yang agung kepada manusia berupa keharmonisan hati. Seperti pada ayat berikut: .

Qur’an Surat Al- Anfal, ayat 63 yang berbunyi :

لَوْ أَنفَقْت مَا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً مَّا أَلَّفَتْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَـكِنَّ اللّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“...Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.”



Sedangkan dalam [QS. Ali Imron/3] : 103

“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. “

Nabi Muhammad Saw bersabda:, yang artinya:

“Orang yang beriman itu adalah ikatan yang terjalin dan tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mau menjalin dan tidak mau dijalin.”

(HR. Ahmad, ath-Thabrani n al-Hakim)

Abu Idris al-Khaulani berkata kepada Mu’adz, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allaah.” Lalu Mu’adz berkata kepadanya, “Bergembiralah, kemudian bergembiralah, karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rosulullaah Saw bersabda, yang artinya:

“Disediakan bagi sekelompok orang kursi-kursi di sekitar Arsy di hari Kiamat, wajah mereka seperti bulan di malam purnama. Pada saat manusia merasa cemas, mereka tidak merasakan kecemasan, pada saat manusia ketakutan, mereka tidak merasa takut. Mereka adalah wali-wali Allaah yang tidak ada rasa takut bagi mereka, dan mereka tidak pernah berduka.” Lalu ada yang bertanya, ‘Siapakah mereka itu ya Rosulullaah?’ Nabi Saw menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allaah.” (HR. al-Hakim n ath-Thirmidzi)

Abu Huroiroh ra. Meriwayatkan, “Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya. Di atasnya ada orang-orang yang berpakaian cahaya, dan wajah mereka pun bercahaya. Mereka bukan Nabi dan bukan Syuhada (orang yang mati syahid). Para Nabi-nabi dan syuhada merasa iri kepada mereka.” Para sahabat berkata, “Ya Rosulullaah, jelaskan sifat mereka kepada kami.” Kemudian Rosulullaah Saw bersabda, “ Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allaah, orang-orang yang menghadiri majelis karena Allaah dan orang-orang yang saling mengunjungi karena Allaah.” (HR. an-Nasaa’i)

Nabi Saw bersabda, “Tidaklah saling mencintai dua orang manusia karena Allaah melainkan orang yang paling dicintai Allaah dari keduanya orang yang paling besar cintanya kepada saudaranya.” (HR. Ibnu Hibban n al-Hakim)

Firman Allaah Ta’ala dalam [QS.Ath-Thuur/52:21}:

“…Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka , dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka…”

Nabi Muhammad Saw bersabda: “Sesungguhnya Allaah Swt berfirman, ‘Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku. Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling mencintai karena-Ku. Berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling memberi karena-Ku. Dan berhak atas cinta-Ku, (yaitu) orang-orang yang saling menolong karena-Ku.” (HR. Ahmad n al-Hakim)

“Sesungguhnya Allaah akan berkata pada hari Kiamat, ‘Di manakah orang-orang yang saling mencintai? Demi keagungan-Ku, pada hari ini Aku akan memberikan naungan kepada mereka ketika tidak ada naungan hari ini kecuali naungan-Ku.”

(HR. Muslim)

“Ada tujuh orang yang dinaungi oleh Allaah ketika hari itu tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, (yaitu) pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allaah, orang yang tergantung hatinya pada masjid, jika ia keluar sampai ia kembali masuk masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allaah, bertemu dan berpisah karena Allaah, orang yang selalu ingat kepada Allaah dengan menyendiri lalu meneteskan air mata, laki-laki yang diajak seorang perempuan yang memiliki kedudukan dan cantik untuk melakukan kemaksiatan, lalu ia mengatakan, ‘aku takut kepada Allaah Swt,’ dan orang yang memberikan sedekah sembunyi-semunyi sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.”

(HR. Bukhori n Muslim)

Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya seseorang yang mengunjungi saudaranya karena Allaah, lalu Allaah mengutus malaikat kepadanya dan bertanya: ‘Kamu hendak kemana?’ Orang itu menjawab, ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku, si fulan.’ Malaikat kembali bertanya, ‘Karena sesuatu yang kamu butuhkan darinya?’ Orang itu kembali menjawab, ‘Bukan.’ Malaikat bertanya lagi, ‘Karena ada hubungan keluarga antara kamu dengannya?’ Orang itu menjawab, ‘Bukan.’ Malaikat bertanya, ‘Jadi karena apa?’ Orang itu menjawab, ‘(Karena) aku mencintainya karena Allaah.’ Malaikat berkata, ‘Sesungguhnya aku diutus oleh Allaah untuk memberitahukan kepadamu bahwa Allaah mencintaimu karena kamu mencintai saudaramu itu karena Dia, dan Ia telah memastikan surga untukmu.” (HR. Muslim).

Nabi Saw bersabda, “Ikatan iman yang paling kuat adalah mencintai dan membenci karena Allaah.” (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, seseorang semestinyalah memiliki musuh yang dibencinya karena Allaah, dan memiliki teman serta saudara yang dicintainya karena Allaah.

Pesan Sayyidina Ali Kwh:

1. Janganlah engkau menyia-nyiakan hak saudaramu karena perselisihan yang terjadi

antara engkau dan dia. Sebab, bukanlah saudara yang engkau sia-siakan haknya.

2. Sebaik-baik saudaramu adalah yang membantumu, dan yang lebih baik lagi darinya adalah yang mencukupimu.

3. Janganlah kamu menjadi orang yang paling kuat dalam memutuskan tali kekerabatan dengan saudaramu daripada menyambungnya.

4. Janganlah engkau putuskan hubungan dengan saudaramu, setelah segala cara engkau lakukan, dan jangan engkau ikuti pemutusan itu dengan umpatan terhadapnya, sehingga engkau menutup jalan baginya untuk kembali berbaikan denganmu.

5.Janganlah engkau merasa senang dengan banyaknya teman, selama mereka bukan orang yang baik. Sebab, kedudukan teman seperti api, sedikitnya adalah kenikmatan, sedangkan banyaknya adalah kebinasaan.

6. Janganlah engkau mendiamkankan saudaramu hanya berdasarkan keraguan, dan janganlah engkau memutuskan hubungan dengannya tanpa memberikan teguran terlebih dahulu.

7. Orang yang gagal adalah orang yang tidak mampu mendapatkan teman, dan yang lebih gagal daripadanya adalah yang menyebabkan perginya mereka yang telah didapatkannya itu.

Rosulullaah Saw. bersabda, “Darah kaum muslimin adalah sama, sebagian dari mereka melindungi orang yang lemah di antara mereka. Dan Kaum Muslim seperti satu tubuh. Jika matanya terasa sakit, dan juga kepalanya terasa sakit, maka seluruh anggota tubuhnya pun terasa sakit.”

Terimakasih,

Semoga kita semua dapat menjaga dan memupuk tali persaudaraan di antara kita semua, dan mendapatkan barokah dan ridlo-Nya, amiin

Ma’af jika ada kesalahan,

Wassalaammu’alaikum wr.wb

Hesti Anshor

"Adab Tidur dan Bangun Tidur"

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Allohumma sholli’alaa sayyidinaa Muhammad wa’alaa aali sayyidinaa Muhammad

Adab Tidur dan Bangun Tidur

Firman Allaah Swt. dalam QS. ‘Ali Imron: 190-191

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Dari Hudzaifah dan Abu Dzarr ra. berkata: ‘Apabila hendak tidur, beliau membaca: “Bismikallaahumma ahyaa wa amuut” (Dengan asmaMu wahai Allaah, aku hidup dan aku mati). Dan apabila bangun, beliau membaca: “Alhamdulillaahilladzii ahyaanaa ba’da maa amaatanaa wa ilaihin nusyuur” (Segala puji bagi Allaah yang menghidupkan kami kembali setelah Ia mematikan kami, dan hanya kepadaNya kami kembali).” [HR. Bukhori]

Adab Tidur

Semua yang kita kerjakan dalam keseharian mempunyai adab-adab, demikian juga dengan tidur. Sebelum kita tidur menurut Imam Al-Ghozali hendaknya kita mengerjakan adab-adabnya yang enam di bawah ini:

1. Menghadap kiblat

Menggelatr alas tidur dengan menghadap kiblat. Menghadap kiblat itu ada dua macam, yaitu:

a. menghadap kiblat seperti orang yang menghadapi ajal, yakni berbaring di atas punggungnya, wajah dan perutnya menghadap kiblat. Cara berbaring ini dibolehlan bagi orang lelaki dan makruh bagi perempuan.

b. tidur sisi kanan di atas sebagaimana mayit berbaring di dalam liang lahatnya, dan dengan bagian depan badan menghadap kiblat. Adapun tidur di atas wajah, maka itu adalah tidurnya setan dan hukumnya makruh. Adapun tidur sisi sebelah kiri di atas, dianjurkan oleh para dokter, karena mempercepat pencernaan makanan. Untuk memenuhi sunnah dan segi kedokteran patutlah berbaring sisi kanan di atas sebentar sesudah makan, kemudian berbalik sisi kiri di atas.

Sebagaimana cara tidur Rosulullaah Saw. yang dijelaskan oleh hadits berikut:

Dari Huzaifah ra. bahwasannya apabila Rosulullaah Saw. hendak tidur, beliau meletakkan tangan kanannya di bawah pipinya kemudian berdo’a....”

[HR. At-Tirmidzi]

2. Ketahuilah bahwa tidur ibarat kematian dan jaga ibarat kebangkitan, karena setiap orang tidak tahu kapan ia akan dicabut nyawanya. Barangkali Allaah Swt. mencabut nyawamu di saat tidur. Maka bersiaplah untuk berjumpa dengan-Nya dengan tidur dalam keadaan suci.

Nabi Saw. bersabda:

“Hadiah bagi orang mu’min adalah kematian.”

Ar-Rabi’ bin Khaitsam berkata:

‘Andaikata hatiku tida mengingat kematian sesaat, niscaya rusaklah dia.’

Rosulullaah Saw.:

“Orang yang paling banyak mengingat mati dan yang paling serius persiapannya dalam menghadapinya. Itulah orang-orang yang pintar. Mereka memperoleh kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat.” [HR. Ibnu Majah]

3. Hendaklah menulis wasiat yag diletakkan di bawah bantal.

Karena boleh jadi nyawamu diambil waktu tidur. Maka jika seseorang mati tanpa wasiat, ia tidak berbicara di alam barzakh. Sesungguhnya orang-orang mati saling mnegunjungi di dalam kubut-kubur mereka. Seseorang berkata kepada temannya: ‘Kenapa orang yang miskin itu?’ Dijawab: ‘Ia mati tanpa meninggalkan wasiat.’ Demikian dinukil dari Ibnu Sholah. Al-Bujairami berkata, hal itu bisa diartikan bila ia mati tanpa meninggalkan wasiat yang wajib karena telah dinadzarkannya.

4. Tidurlah dalam keadaan bertobat dari dosa-dosa dan memohon untuk tidak mengulangi berbuat dosa.

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abi Said al-Khuudfi dari Nabi Saw., beliau bersabda:

“Barangsiapa ketika hendak tidur mengucapkan, ‘Aku mohon ampun kepada Allaah yang tiada Tuhan selain Dia Yang Hidup Kekal dan selalu mengurusi makhluk-Nya (3x), maka Allaah Swt. mengampuni dosanya.”

Berusahalah untuk selalu berbuat kebaikan kepada sesama muslm jika Allaah membangkitkanmu dari tidur.

Nabi Saw. bersabda:

“Barangsiapa tidur tanpa berniat untuk menganiaya seseorang dan tidak mendendam kepada seseorang, diampunilah dosanya.”

Ingatlah bahwa kita akan berbaring di liang lahat, seperti itu dalam keadaan sendirian dan terasing. Kita tidak mempunyai sesuatu apa pun selain amal dan tidak dibalas kecuali dengan usaha kita. Allaah Swt. berfirman: “Dan sesungguhnya hasil usahanya akan dilihatnya.”

Yakni dalam timbangannya pada hari kiamat tanpa ada keraguan dengan janji yang tidak akan meleset, meskipun setelah waktu yang lama.

5. Janganlah membiasakan dirimu tidur di atas kasur yang empuk, dan janganlah tidur bila tidak sangat mengantuk, kecuali kalau ingin tidur supaya bisa bangun di akhir malam.

Adalah mereka (para sufi) tidur bila sangat mengantuk, dan makan bila sangat lapar dan berbicara hanya seperlunya.

Janganlah paksakan tidur, karena tidur itu menggugurkan kehidupan, kecuali bila jagamu berakibat buruk atas dirimu. Dan tidurmu menimbulkan keselamatan bagi agamamu, maka ketika itu engkau boleh tidur.

Disunnahkan untuk merapikan dan membersihkan tempat tidurnya bila ingin kembali tidur sesuai dengan sabda Nabi Saw.: ‘Apabila seseorang dari kamu ingin tidur, hendaklah ia mengebas tempat tidurnya dengan bagian dalam sarungnya. Karena dia tidak tahu apa yang ditinggalkannya di situ.”

[HR. Bukhori-Muslim dari Abu Huroiroh]

Dari Abu Huroiroh ra. berkata, Rosulullaah Saw. bersabda:

“Apabila salah seorang di antara kamu sekalian mendatangi tempat tidurnya maka hendaklah ia menyapu tempat tidurnya dengan ujung kainnya karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya, kemudian hendaklah ia membaca: “Bismika Robbii wadlo’tu janbii wabika arfa’uhu, in amsakta nafsii farhamhaa, wa in arsaltahaa fahfazh-haa bimaa tahfazhu bihi ‘ibaadakash shoolihiin.” (Dengan asma-Mu wahai Tuhanku, saya meletakkan pinggang saya, dan dengan asma-Mu saya mengangkatnya. Bila Engkau menahan jiwa saya maka kasihanilah ia, dan bila Engkau melepaskannya maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang sholih). [HR. Bukhori dan Muslim]

Siapkan siwak dan air untuk bersuci ketika akan tidur dan bertekadlah untuk bangun malam atau bangun sebelum Subuh. Diriwayatkan oleh Rosulullaah Saw., bahwa Beliau bersiwak beberapa kali setiap malam ketika hendak tidur dan ketika bangun dari tidur.

Adapun dua roka’at di tengah malam merupakan salah satu simpanan kebaikanmu untuk memenuhi kebutuhanmu di dalam kubur dan di hari

Seperti juga dijelaskan oleh hadits berikut:

Dari Al-Barra’ bin ‘Azib ra. berkata, Rosulullaah Saw. bersabda kepada saya, “Apabila kamu hendak tidur maka wudlu’lah lebih dahulu seperti wudlu’ hendak mengerjakan sholat, kemudian berbaringlah pada pinggangmu sebelah kanan seraya membaca: ‘Allohumma aslamtu nafsii ilaika wawajjahtu wajhii ilaika wafawwadltu amrii ilaika wa-alja’tu zhahrii ilaika rohbatan wa raghbatan ilaika laa maljaa-a walaa manjaa minka illaa ilaika aamantu bikitaabikal ladzii anzalta wabinabiyyikalladzii arsalta’ (Wahai Allaah saya menyerahkan diri saya kepada-Mu, saya menghadapkan wajah saya kepada-Mu, saya menyerahkan segala urusan saya kepada-Mu, dan saya sandarkan punggung saya kepada-Mu dengan penuh harapan da rasa takut kepada-Mu, tidak ada tempat perlindungan atau tempat keselamatan dari siksaan-Mu kecuali hanya kepada-Mu. Saya beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan beriman kepada Nabi yang Engkau utus). Apabila kamu mati dalam tidur itu maka kamu mati dalam keadaan bersih; jadikanlah bacaan itu sebagai penghabisan dari semua perkataanmu.”

[HR. Bukhori dan Muslim]

Nabi Muhammad Saw. bersabda:

“Barang siapa mendatangi tempat tidurnya sedang ia berniat bangun malam dan mengerjakan sholat, tetapi ia tertidur sampai pagi, maka dituliskanlah baginya apa yang diniatkannya dan tidurnya menjadi sedekah atas dirinya dari Allaah Swt.”

6. Berdo’a ketika akan tidur dan ketika bangun dari tidur, katakanlah ketika hendak tidur:

“Dengan menyebut asma-Mu ya Tuhanku, aku letakkan lambungku dan dengan menyebutasma-Mu aku mengangkatnya, maka ampunilah dosaku.

Ya Allaah, lindungilah aku dari siksa-Mu pada hari Engkau bangkitkan hamba-hamba-Mu. Ya Allaah, dengan menyebut asma-Mu aku hidup dan aku mati. Dan aku berlindung kepada-Mu ya Allaah dari kejahatan setiap makhluk yang jahat dan kejahatan setiap makhluk yang nyawanya berada di tangan-Mu, sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus. Ya Allaah, Egkaulah yang permulaan, maka tiada seseuatu pun sebelum Engkau. Dan Engkaulah yang penghabisan, maka tiada sesuatu pun selain Engkau. Engkau-lah yang tampak, dan tiada sesuatu pun di atas-Mu, dan Engkau-lah Yang Tersembunyi, maka tiada sesuatu pun di dekat-Mu. Lunaskanlah hutangku dan cukupilah aku dan jauhkanlah aku dari kemiskinan.” [HR. Abu Dawud]

Ada pun riwayat Muslim, Tirmidizi, Nasa’i, dan Ibu Majah, maka seperti itu, kecuali lafadz ‘Lunaskanlah hutang kami dan cukupilah kami dari kemiskinan.’

Lalu berdo’a:

“Ya Allaah, Engkau ciptakan aku dan Engkau mematikannya. Engkaulah yang berkuasa mematikan dan menghidupkannya sewaktu-waktu. Jika Egkau mematikannya, maka ampunilah dia, dan jika Engkau menghidupkannya, maka peliharalah dia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang sholih. Ya Allaah, aku mohon kepada-Mu ma’af dan keselamatan dalam agama, dunia dan akhirat.” [HR. Musim da Ibnu Umar]

“YA Allaah bangunkanlah aku dalam saat yang paling aku sukai dan jadikanlah aku sebagai pelaku amal yang paling Engkau sukai untuk mendekatkan aku kepada-Mu sedekat-dekatnya dan menjauhkan aku dari kemarahan-Mu sejauh-jauhnya. Aku memohon kepada-Mu hingga Engkau ampuni aku, dan aku berdo’a kepada-Mu hingga Engkau mengabulkannya bagiku.”

Kemudian bacalah ayat Kursi. Diriwayatkan oleh Al-Baihawi bahwa siapa yang membacanya ketika hendak tidur, maka Allaah mengamankan atas dirinya, tetangganya, dan rumah-rumah di sekitarnya.

Demikian disebutkan dalam As-Siroojul Munir’, kemudian diteruskan dengan membaca: ‘Amanar Rosuuluh hingga akhir surah al-Baqoroh. Diriwayatkan dari Nabi Saw, bahwa Beliau Saw. bersabda:

“Barang siapa yang membaca dua ayat terakhir surah al-Baqroh dalam suatu malam, maka kedua ayat itu akan melindunginya.“ Asy-Syarbini menambahi; ‘yakni dari ketidakmampuan bangun malam atau dari segala yang menyedihkannya.’

Kemudian tiuplah kedua tanganmu ketika membaca dan usaplah kepala, wajah, dan bagian tubuhmu yang lain dan lakukanlah itu tiga kali. Kemudian bacalah surah al-Mulk, dan ucapkanlah dalam keadaan terjaga:

“Tiada Tuhan selain Allaah Yang Maha Esa lagi Maha Penakluk, Tuhan Penguasa langit dan bumi dan segala yang terdapat di antara keduanya. Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”

Juga dijelaskan oleh hadits berikut ini:

“Dari ‘Aisyah ra. bahwasannya Rosulullaah Saw. mendatangi tempat tidurnya maka beliau meniup pada kedua tangannya kemudian membaca Qul a’uudzu bi Robbil falaq dan Qul a’uudzuubi Robbinnaas serta mengusapkan kedua tangannya keseluruh badanya.” [HR. Bukhori dan Muslim]

Dari ‘Ali ra. bahwasannya Rosulullaah Saw. bersabda kepadanya dan kepada Fathimah ra.: “Apabila kamu hendak tidur atau kamu sudah berada di tempat tidur maka bacalah tasbih 33x; tahmid 33x; dan takbir 34x.”

[HR. Bukhori, Muslim, Abu Dawud dan At-Tirmidzi]

Adab Bangun Tidur

Apabila kita bangun tidur dan berniat untuk menghasilkan keutamaan terbesar, maka berusahalah sekuat tenaga untuk bangun sebelum fajar, supaya bisa sholat di awal waktu, karena sholat dalam suasana masih gelap lebih baik daripada dalam suasana sudah terang.

Apabila seseorang mengerjakan sholat pada awal waktu dan masih dalam keadaan gelap, maka para malaikat malam hadir menyaksikan sholatnya. Dan apabila sholat itu lama disebabkan bacaan yang tartil hingga nampak cahaya, maka para malaikat siang hadir pula sambil menyaksikan sholatnya.

Juga apabila seseorang mengerjakan sholat sejak awal waktu, dengan bacaan yang panjang, maka di tengah-tengah bacaan tersebut alam berubah dari gelap menjadi terang.

Kegelapan itu sesuai dengan kehidupan kematian dan ketidak adaan, sedangkan cahaya itu sesuai dengan kehidupan wujud. Maka ketika manusia bangun dari tidurnya, seakan-akan ia berpindah dari kematian menuju kehidupan dan dari tidak ada menjadi ada, dan dari diam menjadi bergerak. Keadaan yang menakjubkan ini menunjukkan kepada akal bahwa tidak ada yang dapat melakukan perubahan ini kecuali Al-Kholiq dengan hikmah. Ketika itu akal menjadi terang degan cahaya ma’rifat ini dan terbebas dari penyakit hati. Karena kebanyakan manusia ditimpa penyakit hati, yaitu cinta dunia, keserakahan, dengki dan saling membanggakan diri.

Para Nabi seperti halnya para dokter mengajak manusia untuk melakukan keta’atan dan ubudiyah mulai bangun dari tidur, karena sangat bermanfa’at dan bisa menghilangkan penyakit. Hendaklah mengawali waktu dalam harmu dengan berzikir meyebut asma Allaah Swt.

Diriwayatkan oleh Bukhor, bahwa Rosulullaah Saw. bersabda:

“Setan mengikat belakang kepala salah seorang dari kamu di waktu tidur dengan tiga ikatan. Ia memukul pada setiap ikatan seraya berkata: ‘Tetaplah di tempatmu, malam masih panjang, maka tidurlah.’ Jika ia terbangun sambil menyebut asama Allaah Swt. terlepaslah satu ikatan. Dan jika ia sholat, terlepaslah seluruh ikatan. Maka ia pun menjadi giat dan baik jiwanya. Kalau tidak, maka ia pun berjiwa buruk dan malas.”

Pada waktu bangun dari tidur, bacalah:

“Allhamdulillaahilladzii ahyaanaa ba’damaa amaatanaa wa ilaihi-n nusyuur.”

(Segala puji bagi Allaah yang menghidupkan kami setelah mematikan kami dan kepada-Nya kami akan dikembalikan)

[HR. Bukhori dari Huzaifah dan Abi Dzar]

Sabda Rosulullaah Saw:

“Ketika memasuki waktu pagi dan kerajaan itu hanya bagi Allaah, keagungan dan kekuasaan itu bagi Allaah, keperkasaan dan kekuasaan itu bagi Allaah, Tuhan semesta alam. Di waktu pagi kami berada di atas agama Islam yang benar dan kalimat ikhlas (syahadat) dan di atas agama Nabi Muhammad Saw. Serta agama Bapak kita, Ibrahim yang lurus sebagai orang Muslim dan bukanlah ia termasuk orang-orang yang musyrik.”

Kemudian membaca dzikir (do’a), seperti di bawah ini:

“Ya Allaah, dengan menyebut asma-Mu, kami memasuki waktu pagi, dengan menyebut asma-Mu, kami memasuki waktu sore, dan dengan menyebut asma-Mu kami hidup dan dengan menyebut asma-Mu kami kembali.

Ya Allaah, kami mohon kepada-Mu agar mengarahkan kami pada hari ini kepada setiap kebaikan dan kami berlindung kepada-Mu agar kami tidak berbuat kejahatan atau menimpakannya kepada seorang muslim atau seseorang menimpakannya kepada kami. Kami mohon kepada-Mu kebaikan hari ini dan kebaikan segala yang ada di dalamnya dan berlindung kepada-Mu dari keburukan hari ini dan keburukan segala yang ada di dalamnya.”

[HR. Ahmad]

Diriwayatkan oleh Abu Huroroh ra. Nabi Saw. bersabda:

“Apabila seseorang dari kamu bangun, hendaklah ia mengucapkan ‘Segala puji bagi Allaah yang mengembalikan ruhku dan menyehatkan aku dalam tubuhku serta mengizikan aku menyebut asma-Nya’.”

“Tidaklah seseorang bangun dari tidurnya, lalu mengucapkan: ‘Segala puji bagi Allaah yang membangkitkan aku dalam keadaan selamat dan sempurna. Aku bersaksi bahwa Allaah menghidupkan orang mati dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu’, kemudian Allaah Swt. berkata: ‘Benar hamba-Ku’.”

Dari ‘Aisyah ra., Rosulullaah Saw. apabila bangun tidur di waktu malam, beliau mengucapkan:

“Tiada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Ya Allaah, aku mohon kepada-Mu ampunan atas dosaku dan aku mohon kepada-Mu akan rahmat-Mu . Ya Allaah, tambahkanlah ilmuku dan jangan sesatkan aku setelah Engkau beri petunjuk kepadaku, dan berilah aku rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”

Begitulah seperti apa yang telah dituturkan oleh Muhammad Nawawi al-Jawi dalam bukunya ‘Maroqil ‘Ubudiyah ‘alaa Matni bidayatil Hidayah’ sebagai penjabaran dari kitab ‘Bidayatul Hidayah’ karya Imam Al-Ghozali.

Namun intinya, menurut Imam Al-Ghozali adalah:

“Jika seseorang bangun dari tidurnya, hendaknya dia bangunkan pula hatinya dari kelalaian, dan jiwanya dari kebodohan. Bangkit dengan totalias diri menuju Dzat yang menghidupkan, yang kepadaNya orang harus mengembalikan jiwa-Nya. Bangun dengan pikirannya – dalam segala gerak dan diamnya - naik bersama hatinya ke alam melakut yang tinggi. Tidak menjadikan hatinya mengikuti nafsunya yang cenderung menoleh ke bawah (bumi). Sementara hatinya tegak menghadap ke atas.”

Sebagaimana firman Allaah Swt.:

“Kepada-Nya ucapan-ucapan baik dan amal sholih itu naik.”

[Qs. A-Fathir: 10]

Semoga bermanfa’at, dan Allaah memberi kita kekuatan untuk mengamalkannya, amiin.

Wasalaam

Hesti B. Anshor

Sabtu, 25 Februari 2012

"Godaan Iblis Ketika Orang Naza'"

Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alloohummasholli'alaasayyidinaa Muhammad wa'alaa aalisayyidinaa Muhammad

Assalammu'alaikum Wr. Wb.

Dalam Kitab Durotun Nasihin, disampaikan sebuah hadits yang berisi kisah tentang gangguan Ibis kepada manusia ketika sedang naza' (sakarotul maut), yaitu sbb.:

"Diceritakan, bahwa salah seorang yang dikenal zuhud bernama Abu Zakaria, menjelang wafatnya didampingi oleh kawan karibnya. Kawannya itu mentalqin/menuntunnya mengucapkan kalimah syahadah/thoyyibah: 'Laa ilaaha illallaah - Muhammadarrosuulullaah.' Tepat pada saat itu dia menoleh dan tidak mau mengucapkannya. lalu ketika ditalqin yang kedua kalinya, ia pun tetap memalingkan muka dari kawannya, hingga pada talqin yang ketiga kalinya, ia berkata, "Tidak, aku tidak bakal mengucapkan itu." Maka timbullah rasa khawatir dari kawannya itu. Lalu tak lama sesudah itu ketika Abu Zakaria sedikit merasakan ringan, kedua matanya terbuka, bertanyalah ia, "Adakah kalian berkata sesuatu kepadaku tadi?" Jawab mereka, "Ya, kami telah menuntunmu dengan dua kalimat syahadat sebanyak 3x, tapi 2x kamu berpaling, bahkan pada yang ke-3x nya, engkau pun berkata, 'Tidak, aku tidak bakal mengucapkan itu'."

Akhirnya Abu Zakaria menjelaskan, "Saat itu, Iblis menghampiriku dengan membawa wadah berisi air minum, ia pun berdiri di sisi kananku, sambil mengiming-imingi air, berkata, "Perlukah pada air minum ini? Ucapkanlah. bahwa 'Isa itu anak ALlaah." Jawabku, "Tidak, aku tidak memerlukannya, dan aku pun berpaling darinya. Selanjutnya Iblis datang yang kedua kalinya dengan tujuan yang sama, ia datang dari arah kakiku. Dan kujawab padanya, sebagaimana kataku pertama. Pada kali yang ketiga, ia menyuruhku supaya mengucapkan. 'Tuhan itu tidak ada.' Maka jawabku, "Tidak, aku tidak bakal mengucapkan itu."

Akhirnya, Iblis menumpahkan air minum dari wadahnya ke lantai, ia beringsut segera lari meninggalkan aku. Jelasnya sikap dan tindakan/ucapanku semata menolak bujuk rayu Iblis, bukan ditujukan kepada kalian. Dengan ini, "Aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang lain, kecuali Allaah, dan Nabi Muhammad adalah selaku hamba dan Rosul-Nya." [Zahratur Riyadl]

walloohu a'lam

wassalaam